SUATU ketika, datanglah seorang
kawan lama. Dengan wajah kusut dia bercerita hingga saat ini masih belum
mendapatkan pekerjaan. Padahal sudah menempuh pendidikan setingkat sarjana,
harusnya lebih berpeluang diterima kerja.
Sampai di situ aku masih diam, namun
saat ia berujar, “Allah tak adil! Mengapa orang-orang yang tidak memilki latar
pendidikan tinggi justru kerap hidup sejahtera. Contohnya Menteri Susi
Pudjiastuti, Presdir PT ASI Pudjiastuti Marine Product sekaligus pemilik
penerbangan Susi Air. Dia hanya tamatan SMP, dan dikeluarkan dari sekolah saat
di kelas 2 SMA karena aktif gerakan Golput. Tapi nyatanya bisa jadi menteri dan
sukses.”
Mendengar itu, kutepuk pundaknya.
Kemudian kukatakan, “Justru itu salah satu bukti keadilan Allah. Allah telah
berfirman dalam Qur’an Surah Ali Imran, ayat 109, ‘Dan kepunyaan Allah
kepemilikan segala yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan kepada
Allah-lah dikembalikan segala urusan’. Bila dirimu sudah mengetahui segala
sesuatu du dunia ini hanyalah milik Allah, maka saat dirimu berprasangka buruk
kepada-Nya apakah itu adil? Dirimu yang bersikap tidak adil, sebab pintu rezeki
dibuka lebar-lebar oleh Allah.”
“Apa buktinya pintu rezeki dibuka
lebar-lebar oleh Allah? Nyatanya aku menganggur! Aku menyebut Allah tak adil,
karena Dia pilih kasih pada umat-Nya harusnya kalau memang adil seluruh
umat-Nya dibuat kaya.”
“Bukti kalau Allah membuka pintu
rezeki ada dalam Qur’an Surah Adz-Dzaariyaat, ayat 58, “Sesungguhnya Allah
Dialah Yang Banyak Memberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh,”
kusahuti ucapanya dengan seketika. Kemudian, kulanjutkan penjelasanku.
“Dalam Qur’an Surah Al-Hajj, ayat 58
juga ditegaskan, ‘Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki’.
Kemudian, terkait ujaranmu kalau memang adil harusnya seluruh umat-Nnya dibuat
kaya, justru ini bukan bentuk keadilan. Coba pikir, kalau semua orang kaya, tak
akan ada yang mau jadi pembantu, tak ada yang mau jadi buruh bangunan. Tak ada
yang sudi jadi petani dan jadi pemulung sampah. Justru dengan kuasa-Nya, Allah
memperlakukan adil setiap umat-Nya sesuai dengan kesanggupannya berusaha.”
“Maksudmu aku kurang berusaha? Asal
tahu saja, aku kuliah dengan sungguh-sungguh hingga keluar biaya yang tidak
sedikit dengan harapan ijazahku bisa menjadi modal di masa depan.”
“Dirimu berharap masa depan kepada
ijazahmu, bukan kepada Allah. Inilah kesalahan terbesarmu. Asal dirimu tahu,
seputus sekolah, Ibu Susi menjual perhiasannya dan mengumpulkan modal
Rp.750.000 untuk menjadi pengepul ikan di Pangandaran pada tahun 1983.
Bisnisnya berkembang hingga pada tahun 1996 beliau mendirikan pabrik pengolahan
ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster
yang diberi merek ‘Susi Brand’. Bisnis pengolahan ikan ini pun meluas dengan
pasar hingga ke Asia dan Amerika. Nah, dirimu hanya melihat kondisi beliau saat
ini. Tidak mempelajari latar belakang beliau, meski tanpa ijazah, beliau
berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjadi pengusaha.”
Kawanku terdiam. Mungkin sedang
mencerna apa yang baru saja kukatakan.
“Lalu apa gunanya aku sekolah
tinggi-tinggi kalau akhirnya ijazahku tidak berguna sama sekali?”
“Sekolah itu gunanya menuntut ilmu.
Dalam Al-Qur`an surat Al-Mujaadilah ayat 11 ditegaskan, “Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat’. Justru dengan ilmumu itulah harusnya pola
pikirmu jangan mengalami kemunduran. Bila tidak bisa mendapatkan pekerjaan,
coba pikirkan bagaimana caranya membuka lapangan pekerjaan. Cobalah berwira
usaha, bila tak punya modal, pergunakan kemampuan menulismu untuk membuat
artikel, novel, kumpulan cerpen untuk dikirim ke penerbit. Jadilah cerdas,
sehingga hidupmu dipenuhi optimisme meraih kesuksesan!” []
Arief Siddiq Razaan, 15 Maret 2016
[*] Sumber data terkait menteri Susi Pudjiastuti diperoleh dari lamanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Susi_Pudjiastuti.
[*] Sumber data terkait menteri Susi Pudjiastuti diperoleh dari lamanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Susi_Pudjiastuti.
0 komentar:
Post a Comment