Makalah candi borobudur
1.1 Latar
Belakang
Siapa
tak kenal Candi Borobudur? Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa
Budha di kompleksnya. Jutaan orang mendamba untuk mengunjungi bangunan yang
termasuk dalam World Wonder Heritages ini. Tak mengherankan, sebab secara
arsitektural maupun fungsinya sebagai tempat ibadah, Borobudur memang memikat
hati. Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan
Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra.
Berdasarkan
prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan
bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun 26 Mei 824,
hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama Borobudur sendiri menurut
beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara
beberapa yang lain mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat
tinggi.Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat.
Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena
tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Pengertian
Candi Borobudur ?
2.
Bagaimana
Sejarah Candi Borobudur ?
3.
Apa
Usaha penemuan dan penyelamatan Candi Borobudur ?
4.
Bagaimana
Tahapan Borobudur dari masa ke masa ?
5.
Bagaimana
peranan Borobudur ?
6.
Bagaimana
Pengembangan Candi Borobudur ?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui dan menghayati sejarah berdirinya Candi Borobudur
2.
Sebagai
siswa harus tahu latar belakang di dirikannya Candi Borobudur
3.
Untuk
mengetahui makna dan arti yang terkandung dalam komplek bangunan Candi
Borobudur
4.
Mengetahui
peranan Candi Borobudur sebagai objek Wisata
BAB
II
SEJARAH
BERDIRINYA CANDI BOROBUDUR
2.1 Pengertian
Candi Borobudur
Candi
Borobudur merupakan candi terbesar kedua setelah Candi Ankor Wat di Kamboja.
Borobudur mirip bangunan piramida Cheops di Gizeh Mesir. Luas bangunan Candi
Borobudur 15.129 m2 yang tersusun dari 55.000 m3 batu, dari 2 juta potongan
batu-batuan. Ukuran batu rata-rata 25 cm X 10 cm X 15 cm. Panjang potongan batu
secara keseluruhan 500 km dengan berat keseluruhan batu 1,3 juta ton.
Dinding-dinding Candi Borobudur dikelilingi oleh gambar-gambar atau relief yang
merupakan satu rangkaian cerita yang terususun dalam 1.460 panel. Panjang panel
masing-masing 2 meter. Jadi kalau rangkaian relief itu dibentangkan maka kurang
lebih panjang relief seluruhnya 3 km. Jumlah tingkat ada sepuluh, tingkat 1-6
berbentuk bujur sangkar, sedangkan tingkat 7-10 berbentuk bundar. Arca yang
terdapat di seluruh bangunan candi berjumlah 504 buah. Sedangkan, tinggi candi
dari permukaan tanah sampai ujung stupa induk dulunya 42 meter, namun sekarang
tinggal 34,5 meter setelah tersambar petir.
Menurut
hasil penyelidikan seorang antropolog-etnolog Austria, Robert von Heine
Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal tata budaya pada zaman
Neolithic dan Megalithic yang berasal dari Vietnam Selatan dan Kamboja. Pada
zaman Megalithic itu nenek moyang bangsa Indonesia membuat makam leluhurnya
sekaligus tempat pemujaan berupa bangunan piramida bersusun, semakin ke atas
semakin kecil. Salah satunya yang ditemukan di Lebak Sibedug Leuwiliang Bogor
Jawa Barat. Bangunan serupa juga terdapat di Candi Sukuh di dekat Solo, juga
Candi Borobudur. Kalau kita lihat dari kejauhan, Borobudur akan tampak seperti
susunan bangunan berundak atau semacam piramida dan sebuah stupa.
Berbeda
dengan piramida raksasa di Mesir dan Piramida Teotihuacan di Meksiko Candi
Borobudur merupakan versi lain bangunan piramida. Piramida Borobudur berupa
kepunden berundak yang tidak akan ditemukan di daerah dan negara manapun,
termasuk di India. Dan itulah salah satu kelebihan Candi Borobudur yang
merupakan kekhasan arsitektur Budhis di Indonesia.
Melihat
kemegahan bangunan Candi Borobudur saat ini dan candi-candi lainnya di Indonesia
telah memberikan pengetahuan yang besar tentang peradaban bangsa Indonesia.
Berbagai ilmu pengetahuan terlibat dalam usaha rekonstruksi Candi Borobudur
yang dilakukan oleh Teodhorus van Erp. Kita patut menghargai usaha-usahanya
mengingat berbagai kendala dan kesulitan yang dihadapi dalam membangun kembali
candi ini.
Sampai
saat ini ada beberapa hal yang masih menjadi bahan misteri seputar berdirinya
Candi Borobudur, misalnya dalam hal susunan batu, cara mengangkut batu dari
daerah asal sampai ke tempat tujuan, apakah batu-batu itu sudah dalam ukuran
yang dikehendaki atau masih berupa bentuk asli batu gunung, berapa lama proses
pemotongan batu-batu itu sampai pada ukuran yang dikehendaki, bagaimana cara
menaikan batu-batu itu dari dasar halaman candi sampai ke puncak, alat derek
apakah yang dipergunakan? Mengingat pada masa itu belum ada gambar biru (blue
print), lalu dengan sarana apakah mereka itu kalau hendak merundingkan
langkah-langkah pengerjaan yang harus dilakukan, dalam hal gambar relief, apakah
batu-batu itu sesudah bergambar lalu dipasang, atau batu dalam keadaan polos
baru dipahat untuk digambar. Dan mulai dari bagian mana gambar itu dipahat,
dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas? Dan masih banyak lagi misteri yang
belum terungkap secara ilmu pengetahuan, terutama tentang ditemukannya ruang
pada stupa induk candi.
2.2 Sejarah
Candi Borobudur
Candi
Borobudur dibangun sekitar tahun 800 sebelum masehi atau abad ke 9 . Borobudur
dibangun oleh pengikut Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Dinasti Dinasti.
Candi ini dibangun pada masa kejayaan dinasti dinasti. Pendiri Candi Borobudur,
Raja Samaratungga dari atau dinasti dinasti dinasti. Kemungkinan candi ini
dibangun sekitar 824 AD dan selesai sekitar 900 Masehi pada masa pemerintahan
Ratu Pramudawardhani putri Samaratungga. Sementara arsitek yang membantu
membangun candi ini untuk cerita turun-temurun bernama Gunadharma.
Borobudur
kata-kata sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir
Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, yang
memberikan nama candi ini. Tidak ada bukti tertulis bahwa orang tua yang
memberikan nama ini Candi Borobudur. Hanya satu dokumen tertua yang menunjukkan
adanya candi ini Nagarakretagama buku yang ditulis oleh MPU tahun 1365 Prapanca
Buku tersebut ditulis bahwa candi ini digunakan sebagai tempat untuk meditasi
Buddhis.
Arti
dari "biara di pegunungan" nama Borobudur yang berasal dari kata
"bara" (candi atau biara) dan "beduhur" (bukit atau tanah
tinggi) di sansekerta. Oleh karena itu, sesuai dengan arti nama Borobudur, maka
tempat ini sejak dahulu digunakan sebagai tempat ibadah Buddha.
Candi
ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Jadi, karena letusan gunung
berapi, menutupi sebagian besar bangunan Borobudur tanah vulkanik. Selain itu,
bangunan juga ditutupi dengan berbagai pepohonan dan semak belukar selama
berabad-abad. Kemudian bangunan candi ini mulai terlupakan dalam waktu Islam
datang ke Indonesia sekitar abad ke-15.
Pada
tahun 1814, ketika Inggris menduduki Indonesia, Sir Thomas Stamford Raffles
mendengar tentang penemuan benda arkeologi besar di desa Bumisegoro Kabupaten
Magelang. Karena minat yang besar dalam sejarah Jawa, dan kemudian segera
memerintahkan Raffles HC Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki
lokasi penemuan itu berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
Cornelius
dibantu oleh sekitar 200 orang jatuh pepohonan dan menyingkirkan semak yang
menutupi bangunan raksasa. Karena bangunan sudah rapuh dan bisa runtuh,
kemudian melaporkan kepada Kornelius penemuan Raffles berisi beberapa gambar.
Sejak penemuannya, adalah Raffles bernama pria yang memulai pemugaran Candi
Borobudur dan mendapat perhatian dunia. Pada tahun 1835, seluruh kawasan candi
telah digali. Candi ini diadakan kembali di era kolonial Belanda.
Setelah
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1956 Pemerintah Indonesia meminta bantuan dari
UNESCO untuk memeriksa kerusakan Borobudur. Jadi, pada tahun 1963. Dari
keputusan Pemerintah Indonesia resmi untuk melaksanakan pemugaran Candi
Borobudur oleh UNESCO ini namun dipulihkan hanya benar-benar mulai terjadi pada
tanggal 10 Agustus 1973. Proses renovasi baru selesai pada tahun 1984. Sejak
tahun 1991, ditunjuk Borobudur sebagai Dunia atau World Heritage Site oleh
UNESCO.
2.3 Usaha
Penemuan dan Penyelamatan Candi
Borobudur
yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggidi antara dataran rendah di
sekelilingnya Tidak akan pernah mamasuk akal mereka melihat karya seni terbesar
yang merupakan hasil karya sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi
bila di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan
Memang
demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup
lama bahkan sampai berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan
pada proses kehancuran. Kira – kira hanya 150 tahun Candi Borobudur di gunakan
sebagai pusat Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika
pekerja menghiasi / membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di
bawah pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA, sekitar tahun 800 –
an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan
kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian
karena terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam –
macam tumbuhan liar yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terbengkalai dan terlupakan.
Baru
pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur
muncul dari kegelapan masa silam. Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral
Inggris, ketika Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M – 1816
M.
Pada
tahun 1835 M seluruh candi di bebaskan dari apa yang menjadi penghalang
pemandangan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman, karen begitu tertariknya
terhadap Candi Borobudur sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di sigkirkan dan tanah yang menutupi
lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua shingga candi lebih
baik di bandingkan sebelumnya.
Semenjak
Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran kembali
bangunan Candi Borobudur mula – mula hanya dilakukan secara kecil – kecilan
serta pembuatan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya. Pemugaran Candi
Borobudur yang pertam kali di adakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah
pimpinan Th Van erf dengan maksudnya adalah untuk menghindari kerusakan –
kerusakan yang lebih besar lagi dari bangunan Candi Borobudur walaupun banyak
bagian tembok atau dinding – dinding terutam tingkat tiga dari bawah sebelah
Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat
mengkhawatirkan bagi para pengunjungmaupun bangunannya sendiri namun pekerjaan
Van Erp tersebut untuk sementara Candi Borobudur dapat dsi selamatkan dari
kerusakan yang lebih besar.
Mengenai
gapura – gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu telah
mengembalikan kejayaan masa silam, namun juga perlu di sadari bahwa tahun –
tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di semak – semak secara tidak
langsung telah menutupi adan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin dapat
merusak bangunan Candi Borobudur, Van Erp berpendapat miring dan meleseknya
dinding – dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu, Pendapat
itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi sejak tahun 1960 M
pendapat Tn Vanerf itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan ada kerusakan
yang lebih parah.
BAB
III
PENGEMBANGAN
PARIWISATA CANDI BOROBUDUR
3.1 Tahapan
Borobudur dari Masa ke Masa
Setelah
pemugaran besar-besaran pada 1973 yang didukung oleh UNESCO. Borobudur kembali
menjadi pusat keagamaan dan ziarah agama Buddha. Sekali setahun pada saat bulan
purnama sekitar bulan Mei atau Juni, umat Buddha di Indonesia memperingati hari
suci Waisak, hari yang memperingati kelahiran, wafat, dan terutama peristiwa
pencerahan Siddhartha Gautama yang mencapai tingkat kebijaksanaan tertinggi
menjadi Buddha Shakyamuni. Waisak adalah hari libur nasional di Indonesia dan
upacara peringatan dippusatkan di tiga candi Buddha utama dengan ritual
berjalan dari Candi Mendut menuju Candi Pawon dan prosesi berakhir di Candi
Borobudur.
Pada
21 Januari 1985, sembilan stupa rusak parah akibat sembilan bom. Pada 1991
seorang penceramah muslim beraliran ekstrem yang tunanetra, Husein Ali Al
Habsyie, dihukum penjara seumur hidup karena berperan sebagai otak serangkaian
serangan bom pada pertengahan dekade 1980-an, termasuk serangan atas Candi
Borobudur. Dua anggota kelompok ekstrem sayap kanan djatuhi hukuman 20 tahun
penjara pada tahun 1986 dan seorang lainnya menerima hukuman 13 tahun penjara.
Sendratari "Mahakarya Borobudur" digelar di Borobudur
Monumen
ini adalah obyek wisata tunggal yang paling banyak dikunjungi di Indonesia.
Pada 1974 sebanyak 260.000 wisatawan yang 36.000 diantaranya adalah wisatawan
mancanegara telah mengunjungi monumen ini. Angka ini meningkat hingga mencapai
2,5 juta pengunjung setiap tahunnya (80% adalah wisatawan domestik) pada
pertengahan 1990-an, sebelum Krisis finansial Asia 1997. Akan tetapi
pembangunan pariwisata dikritik tidak melibatkan masyarakat setempat sehingga
beberapa konflik lokal kerap terjadi. Pada 2003, penduduk dan wirausaha skala
kecil di sekitar Borobudur menggelar pertemuan dan protes dengan pembacaan
puisi, menolak rencana pemerintah provinsi yang berencana membangun kompleks
mal berlantai tiga yang disebut 'Java World'. Upaya masyarakat setempat untuk
mendapatkan penghidupan dari sektor pariwisata Borobudur telah meningkatkan
jumlah usaha kecil di sekitar Borobudur. Akan tetapi usaha mereka untuk mencari
nafkah seringkali malah mengganggu kenyamanan pengunjung. Misalnya pedagang
cenderamata asongan yang mengganggu dengan bersikeras menjual dagangannya;
meluasnya lapak-lapak pasar cenderamata sehingga saat hendak keluar kompleks
candi, pengunjung malah digiring berjalan jauh memutar memasuki labirin pasar
cenderamata. Jika tidak tertata maka semua ini membuat kompleks candi Borobudur
semakin semrawut.
Pada
27 Mei 2006, gempa berkekuatan 6,2 skala mengguncang pesisir selatan Jawa
Tengah. Bencana alam ini menghancurkan kawasan dengan korban terbanyak di
Yogyakarta, akan tetapi Borobudur tetap utuh.
Pada
28 Agustus 2006 simposium bertajuk Trail of Civilizations (jejak peradaban)
digelar di Borobudur atas prakarsa Gubernur Jawa Tengah dan Kementerian
Pariwisata dan Kebudayaan, juga hadir perwakilan UNESCO dan negara-negara
mayoritas Buddha di Asia Tenggara, seperti Thailand, Myanmar, Laos, Vietnam,
dan Kamboja. Puncak acara ini adalah pagelaran sendratari kolosal
"Mahakarya Borobudur" di depan Candi Borobudur. Tarian ini diciptakan
dengan berdasarkan gaya tari tradisional Jawa, musik gamelan, dan busananya,
menceritakan tentang sejarah pembangunan Borobudur. Setelah simposium ini,
sendratari Mahakarya Borobudur kembali dipergelarkan beberapa kali, khususnya
menjelang peringatan Waisak yang biasanya turut dihadiri Presiden Republik
Indonesia. Batu peringatan pemugaran candi Borobudur dengan bantuan UNESCO.
UNESCO
mengidentifikasi tiga permasalahan penting dalam upaya pelestarian Borobudur:
vandalisme atau pengrusakan oleh pengunjung; erosi tanah di bagian tenggara
situs; analisis dan pengembalian bagian-bagian yang hilang. Tanah yang gembur,
beberapa kali gempa bumi, dan hujan lebat dapat menggoyahkan struktur bangunan
ini.
Gempa
bumi adalah faktor yang paling parah, karena tidak saja batuan dapat jatuh dan
pelengkung ambruk, tanah sendiri bergerak bergelombang yang dapat merusak
struktur bangunan. Meningkatnya popularitas stupa menarik banyak pengunjung
yang kebanyakan adalah warga Indonesia. Meskipun terdapat banyak papan
peringatan untuk tidak menyentuh apapun, pengumandangan peringatan melalui
pengeras suara dan adanya penjaga, vandalisme berupa pengrusakan dan
pencorat-coretan relief dan arca sering terjadi, hal ini jelas merusak situs
ini. Pada 2009, tidak ada sistem untuk membatasi jumlah wisatawan yang boleh
berkunjung per hari, atau menerapkan tiap kunjungan harus didampingi pemandu
agar pengunjung selalu dalam pengawasan.
3.2 Peranan
Borobudur Dalam Menunjang Pembangunan
Bentuk
bangunan candi Borobudur merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia
dan kebudayaan India. Penyebaran kebudayaan di candi Borobudur menghasilkan
Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua
kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur
kebudayaan asli. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga
membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua
kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat
berbeda dengan kebudayaan asli.
Masuknya
pengaruh kebudayaan Budha dari candi Borobudur tidak mengakibatkan konflik di
masyarakat, melainkan memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Dan
pengaruh kebudayaan dari candi Borobudur juga tidak mengakibatkan hilangnya
unsur-unsur asli budaya masyarakat.
Kalau
kita lihat dari kejauhan, Borobudur akan tampak seperti susunan bangunan
berundak atau semacam piramida dan sebuah stupa. Hal tersebut merupakan salah
satu kelebihan candi Borobudur yang merupakan ciri khas arsitektur candi
Borobudur. Candi Borobudur mempunyai bangunan-bangunan yang khas, seperti
stupa, relief, patung Budha, dan lain-lain, yang mengakibatkan terciptanya
keanekaragaman bangunan yang ada di candi Borobudur sehingga memiliki nilai
seni yang sangat tinggi dan memberi simbol bahwa candi Borobudur menampung
khasanah seni budaya di Indonesia. Sehingga candi Borobudur memiliki peranan
dalam memajukan khasanah budaya di Indonesia.
3.3 Pengembangan
Candi Borobudur
Pengembangan
Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973 prasati dimulainya pekerjaan
pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga – tenaga
muda lulusan SMA dan SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya
mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi
Arkeologi ( TA )
Teknologi
Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu - batu Candi Borobudur
sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu – batu
yang sudah retak dan pecah, pekerjaan – pekerjan di atas bersifat arkeologi
semua di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur, sedangkan pekerjaan yang
bersifat teknis seperti penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan
bangunan di tangani oleh kontraktor ( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND
DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian
– bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat
tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sedangkan kaki Candi Borobudur
serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran selesai pada
tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai
sebuah batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti
peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sangat
besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu lagi menghadap
ke timur penulisan dalam prasasti tersebut di tangani langsung oleh tenaga yang
ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi
Borobudur.
3.4 Pendapatan
Pariwisata Candi Borobudur
PT
Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko, BUMN yang dipercaya
mengelola ketiga candi di Jateng dan DIY, pesimistis target pendapatan
Borobudur dan Prambanan tahun ini tercapai.
Menurut
Direktur Pemasaran PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko,
Agus H. Canny seperti yang dikutip dari bisnis.com mengatakan untuk 2011
pemasukan targetnya Rp140 miliar dengan laba Rp30 miliar. Diperkirakan
target tak terpenuhi, hanya sekitar 60-70% saja.
“Sepanjang
tahun lalu jumlah pengunjung kedua candi tersebut mencapai 4 juta orang dengan
jumlah terbesar, mencapai 60% ke Borobudur di Magelang, Jateng dan 40% ke
Prambanan di Yogyakarta,” ujarnya.
Dikatakan,
dari jumlah pengunjung tersebut itu pendapatan total PT Taman Wisata Candi
Borobudur, Prambanan & Ratu Boko mencapai Rp120 miliar dengan laba sekitar
20 miliar. Meski demikian kontribusi penghasilan terbesar justru didapat
dari wisatawan lokal yang mencapai 60% sementara wisatawan asing hanya 40%.
“Rendahnya
kunjungan wisatawan asing disebabkan rendahnya pengetahuan warga dunia atas
Borobudur dan Prambanan. Manajemen malah mendapati biro wisata di sejumlah
negara di Asia mengatakan Borobudur berada di Thailand,” katanya.
Berdasarkan
survey yang dilakukan saat kunjungan manajemen ke sejumlah negara Asia,
banyak tour guide belum tahun tentang Candi Borobudur, bahkan saat
berkunjung ke India dan Korea, tidak ada satupun yang tahu.
"Saat
di Malaysia hanya sekitar 5% yang tahu, demikian juga di Jepang. Thailand hanya
diketahui 3% saja. Ketidaktahuan tour guide mengenai Candi Borobudur
memang membuat kunjungan wisatawan dari negara tetangga tersebut sangat minim
sekali. Yang menarik candi kebanggan masyarakat Indonesia justru lebih banyak
didatangi masyarakat Eropa,” ungkapnya.
Ditambahkannya,
dari 400 ribu kunjungan turis justru didominasi warga negara Belanda, Perancis,
Jerman, lalu disusul Malaysia dan Singapura. Untuk itu perlu tanggungjawab
semua pihak untuk lebih mengenalkan Candi Borobudur ke masyarakat asing.
Agus
mencatat kunjungan wisatawan ke Borobudur per hari mencapai 10.000 orang yang
akan meningkat hingga 18.000 pada saat musim libur panjang sekolah dan Lebaran
sementara jika sepi kunjungan ke Borobudur hanya mencapai 3.000-4.000 orang.
Tiket masuk Borobudur untuk wisatawan asing dipatok US$ 14-15, sedangkan
wisatawan lokal hanya Rp25.000.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari semua masalah
tentang sejarah brdirinya Candi Borobudur ini ternyata dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut:
Waktu
didirikannya Candi Borobudur tidaklah dapat diketahui dengan pasti namun suatu
perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan di atas
pigura relief kaki asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga ) menunjukan huruf
sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal
abad ke – 9 dari bukti – bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur
di dirikan sekitar tahun 800 M.
Borobudur
terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang yang letaknya sebelah
selatan + 15 km sebelah selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit hampir
seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi
Borobudur di antaranya di sebelah timur terdapat Gunung Merbabu dan Gunung
Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Nama
Borobudur berasal dari gabungan kata Boro dan Budur, Boro berasal dari kata
Sangsekerta berarti “ Vihara” yang berarti komplek Candi dan Bihara atau juga
asrama ( Menurut Purwacaraka Dan Stuten Herm ) sedangkan Budur dalam bahasa
Bali “ Bedudur” yang artinya di Atas. Jadi nama Borobudur berarti asrama atau
bahasa ( Komplek Candi ) yang terletak di atas bukit
4.2 Saran
·
Kita
sebagai generasi muda harus menadi generasi penerus bangsa dengan cara giat
belajar dan berlatih supaya menjadi siswa – siswi yang terampil dan bertaqwa
·
Kita
sebagai warga negara harus menjaga dan melestarikan bdaya bangsa dengan memelihara
tempat – tempat bersejarah sebagai peninggalan nenek moyang kita
DAFTAR PUSTAKA
Soediman, Drs Borobudur Salah Satu Keajaiban Dunia Gramedia Yogyakarta, 1980
MoerTjipto,
Drs Borobudur, Pawon Dan Mendut, Kanisus Yogyakarta 1993
Http://blog.inginbahagia.com/sejarah-berdirinya-candi-borobudur-di-indonesia.html
Http://id.shvoong.com/travel/outdoors/2148856-sejarah-candi-borobudur/#ixzz1dmx0ffka
Anomi.
1983. Pariwisata Jawa
Tengah. Semarang: Dinas
Pariwisata Jawa Tengah.
Soetarno
R. Borobudur Selayang Padang .
Solo : Tiga Serangakai.
Widya Dharma
S. 2000. Riwayat Hidup Sang
Budha Gautama. Jakarta : Yayasan
Dana Pendidikan Budhis.
0 komentar:
Post a Comment